Rabu, 10 Oktober 2012

Enterobacter sakazakii


Makanan dan Susu Formula Bayi yang beredar di Indonesia Terkontaminasi Enterobacter sakazakii

Peneliti Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian  Bogor (IPB) yang terdiri dari Dr. Sri Estuningsih,  mengungkapkan sebanyak 22,73 persen susu formula (dari 22 sampel)  dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan antara April - Juni 2006 telah terkontaminasi Enterobacter sakazakii. " Sampel makanan dan susu formula yang kami teliti berasal dari produk lokal," kata Estu. Menurut Estu, selain dirinya, beberapa staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang bergabung dalam penelitian ini antara lain: Drh.Hernomoadi Huminto MVS, Dr. I.Wayan T. Wibawan, dan Dr. Rochman Naim.
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, isolasi dan identifikasi E.sakazakii dalam  22 sampel susu formula dan 15 sampel makanan bayi. Tahap kedua, menguji 12 isolat  E.sakazakii dari hasil isolasi dan kemampuannya menghasilkan enteroksin (racun) melalui uji sitolisis (penghancuran sel).  Dari 12 isolat yang diujikan terdapat 6 isolat yang menghasilkan enteroksin. Uji selanjutnya adalah menguji isolat tersebut pada  kemampuan toksinnya setelah dipanaskan. Terdapat 5 dari 6 isolat tersebut yang masih memiliki kemampuan sitolisis setelah dipanaskan.
Selanjutnya Estu menentukan satu kandidat dari isolat tersebut dan menguji enterotoksin serta bakteri vegetatifnya  pada bayi mencit berusia enam hari. Bayi mencit diinfeksi melalui rute oral (cekok mulut) menggunakan sonde lambung khusus dan steril. Setelah 3 hari kemudian dilakukan pengambilan sampel organ mencit tersebut. "Hasil pengujian enteroksin murni dan enteroksin yang dipanaskan dan bakteri mengakibatkan enteritis (peradangan saluran pencernaan), sepsis (infeksi peredaran darah) dan meningitis (infeksi pada lapisan urat saraf tulang belakang dan otak). Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan metode hispatologi menggunakan pewarnaan Hematoksilin Eosin.
 Penelitian ini menyimpulkan di Indonesia terdapat susu formula dan makanan bayi yang terkontaminasi oleh E. Sakazakii yang menghasilkan enterotoksin tahan panas dan menyebabkan enteritis, sepsis dan meningitis pada bayi mencit.  Dari hasil pengamatan histopatologis yang diperoleh masih dibutuhkan penelitian senada yang lebih mendalam untuk mendukung hasil penelitian tersebut. Sangat penting dipahami bahwa susu formula bayi bukanlah produk steril, sehingga dalam penggunaannya serta penyimpanannya perlu perhatian khusus untuk menghindari kejadian infeksi karena mengkonsumsi produk tersebut.
Estu secara pribadi telah menlihat langsung  fasilitas salah satu perusahaan makanan dan susu formula dengan omzet terbesar  di Indonesia. "Sebagian besar fasilitas tersebut telah memenuhi standar operasional prosedure perusahaan susu formula bayi, dan saat ini masih terus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi tersebut," ujar Estu.  (ris)

Akhir-akhir ini muncul berita yang cukup menghebohkan tentang hasil penelitian Fakultas Kedokteran Hewan IPB tentang adanya Makanan, Susu Formula Bayi yang Terkontaminasi Enterobacter sakazakii. Sampai blog ini ditulis belum dipublikasikan merek makanan, susu bayi yang dimaksud. Berita ini saya kutib dari webnya IPB di alamat http://www.ipb.ac.id/id/?b=598. Selengkapnya bisa dibaca dibawah ini :
Makanan dan Susu Formula Bayi yang beredar di Indonesia Terkontaminasi Enterobacter sakazakii
Jumat,15 Februari 2008
Peneliti Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terdiri dari Dr. Sri Estuningsih, mengungkapkan sebanyak 22,73 persen susu formula (dari 22 sampel) dan 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan antara April - Juni 2006 telah terkontaminasi Enterobacter sakazakii. ” Sampel makanan dan susu formula yang kami teliti berasal dari produk lokal,” kata Estu. Menurut Estu, selain dirinya, beberapa staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang bergabung dalam penelitian ini antara lain: Drh.Hernomoadi Huminto MVS, Dr. I.Wayan T. Wibawan, dan Dr. Rochman Naim.
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, isolasi dan identifikasi E.sakazakii dalam 22 sampel susu formula dan 15 sampel makanan bayi. Tahap kedua, menguji 12 isolat E.sakazakii dari hasil isolasi dan kemampuannya menghasilkan enteroksin (racun) melalui uji sitolisis (penghancuran sel). Dari 12 isolat yang diujikan terdapat 6 isolat yang menghasilkan enteroksin. Uji selanjutnya adalah menguji isolat tersebut pada kemampuan toksinnya setelah dipanaskan. Terdapat 5 dari 6 isolat tersebut yang masih memiliki kemampuan sitolisis setelah dipanaskan.
Selanjutnya Estu menentukan satu kandidat dari isolat tersebut dan menguji enterotoksin serta bakteri vegetatifnya pada bayi mencit berusia enam hari. Bayi mencit diinfeksi melalui rute oral (cekok mulut) menggunakan sonde lambung khusus dan steril. Setelah 3 hari kemudian dilakukan pengambilan sampel organ mencit tersebut. “Hasil pengujian enteroksin murni dan enteroksin yang dipanaskan dan bakteri mengakibatkan enteritis (peradangan saluran pencernaan), sepsis (infeksi peredaran darah) dan meningitis (infeksi pada lapisan urat saraf tulang belakang dan otak). Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan metode hispatologi menggunakan pewarnaan Hematoksilin Eosin.
Penelitian ini menyimpulkan di Indonesia terdapat susu formula dan makanan bayi yang terkontaminasi oleh E. Sakazakii yang menghasilkan enterotoksin tahan panas dan menyebabkan enteritis, sepsis dan meningitis pada bayi mencit. Dari hasil pengamatan histopatologis yang diperoleh masih dibutuhkan penelitian senada yang lebih mendalam untuk mendukung hasil penelitian tersebut. Sangat penting dipahami bahwa susu formula bayi bukanlah produk steril, sehingga dalam penggunaannya serta penyimpanannya perlu perhatian khusus untuk menghindari kejadian infeksi karena mengkonsumsi produk tersebut.
Estu secara pribadi telah menlihat langsung fasilitas salah satu perusahaan makanan dan susu formula dengan omzet terbesar di Indonesia. “Sebagian besar fasilitas tersebut telah memenuhi standar operasional prosedure perusahaan susu formula bayi, dan saat ini masih terus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi tersebut,” ujar Estu.

Semoga bermanfaat untuk para mom's & dad, tante, om, kakak... Warmest Regards, Desy R.D PA to Country Manager Donaldson Filtration Indonesia, PT phone 62.21.782.7008 | facsimile 62.21.782.7009 -----Original Message----- From: Sent: Tuesday, March 11, 2008 6:55 AM

To: Desi Deria Subject: DR Sri Estuningsih peneliti penemu bakteri Enterobacter sakazakii akhirnya buka mulut & mengatakan susu yg terkontaminasi adalah : Bebelac, Dancow, Bendera, S26 dan susu SGM2.
Untuk bubur DR Sri hanya berujar product SUN.
(sms ini dr salah satu orang tua yg anaknya sekolah di highscope)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar